March 24, 2022 By Admin2

KPSI Bali: Skizofrenia Bukan Disebabkan ‘Black Magic’

Sebagai provinsi dengan angka pengidap skizofrenia tertinggi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, Bali memiliki masalah yang kompleks dalam penyembuhan gangguan jiwa dalam hal ini skizofrenia. Masyarakat Bali masih banyak beranggapan skizofrenia atau gangguan jiwa secara umum tidak terlepas dari unsur niskala atau gaib, misalnya anggapan tentang ilmu hitam atau black magic sebagai penyebab seseorang mengidap skizofrenia.

Hal tersebut dibantah dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ, pegiat keswa di Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) simpul Bali. Dalam Webinar Jurnalistik Kesehatan pada 12 Maret 2022 lalu ia menyampaikan,skizofrenia disebabkan adanya gangguan kimiawi pada otak, bukan karena kena black magic ataupun salahang bhatara (kutukan dewata) seperti banyak dipercaya masyarakat Bali bahkan hingga kini di zaman yang telah maju dan modern.

“Kepercayaan tersebut berkembang sebelum adanya ilmu kedokteran. Bisa jadi karena orang zaman dahulu belum menemukan jawaban atas gejala gangguan jiwa sehingga anggapan skizofrenia disebabkan hal-hal gaib muncul,” kata dr. Rai.

Ada hal yang menarik baginya, terkait black magic di Bali. Dahulu, terdapat istilah terutama di desa-desa yakni croncong polo, sejenis cetik atau racun yang dipercaya mampu membuat orang yang dituju mengalami sakit kepala, gelisah, gangguan cemas, bahkan mengamuk, mirip dengan gangguan kejiwaan.

Dari apa yang pernah dr. Rai baca dan teliti, croncong polo menyerang organ otak, sehingga pada titik ekstrim dalam jangka waktu tertentu organ tersebut menjadi mengkerut atau mengecil.

“Pada pasien skizofrenia yang lama tak diobati dan biasanya dipasung, setelah diteliti, otak mereka juga mengkerut dan mengecil. Jadi anggapan masyarakat tentang skizofrenia tidak serta-merta muncul begitu saja, meskipun belum tentu benar,” ujar psikiater utama klinik Sudirman Medical Center (SMC) Denpasar ini.

Seperti yang sering disampaikan, tidak ada faktor penyebab tunggal seseorang mengidap skizofrenia. Faktor risiko berupa kerentanan genetik dan faktor lingkungan amatlah berpengaruh. Faktor lingkungan yang dimaksud yakni perkembangan otak yang terganggu selama kehamilan dan persalinan, korban kekerasan saat anak remaja, serta pengaruh zat yang mempengaruhi kimiawi otak.

“Umumnya orang dengan skizofrenia (ODS) tidak memahami kalau dirinya mengalami gangguan dan nmembutuhkan pengobatan. Terlebih pengetahuan keluarga tentang kesehatan mental masih kurang, sehingga mereka biasanya membawa ODS ke penyembuh tradisional yang seringkali menyebut penyebab sakit adalah black magic, santet atau guna-guna,”  jelas dr. Rai.

Anggapan yang telah mengakar di masyarakat ini menjadi pekerjaan rumah bagi para pegiat kesehatan mental selain tentunya profesional kesehatan jiwa seperti psikolog dan psikiater. Seperti pengalaman I Nyoman Sudiasa, ODS di Denpasar-Bali.. Pada 2001 silam, ia mengalami gejala gangguan jiwa pertama kali di sebuah garmen tempatnya bekerja.

“Saya merasa curiga berlebihan, ada rekan kerja yang tak menyukai saya lalu mengguna-gunai saya sehingga saya tak nyaman lagi bekerja di sana. Akhirnya saya mengamuk di tempat kerja, lalu keluarga membawa saya ke poli psikiatri sebuah rumah sakit pemerintah,” katanya saat diwawancara via telepon pada Maret 2022.

Sudiasa menuturkan, setelah menjalani pengobatan medis keadaannya membaik. Oleh keluarga besar, ia juga sempat diajak berobat ke beberapa balian, sebutan bagi penyembuh tradisional di Bali. Di sana ia mendapat petunjuk dan anjuran sesuai dengan sistem religi umat Hindu di Bali.

“Saya tetap menghormati tradisi dan adat yang ada. Setelah bergabung di KPSI Bali saya banyak mendapat pengetahuan tentang skizofrenia, salah satunya tentang penyebab skizofrenia yaitu ketidakseimbangan zat kimiawi pada otak yakni kadar domapine yang berlebih,” tandas Sudiasa yang juga koordinator Rumah Berdaya Denpasar, sayap organisasi KPSI simpul Bali yang menjadi tempat  rehabilitasi psikososial sejak 2015.

Ditanya tentang black magic sebagai penyebab skizofrenia, Sudiasa menyebut hal itu juga ia dapatkan ketika keluarga ODS datang dan berkonsultasi ke KPSI Bali. Menurutnya, penting sekali melakukan edukasi agar masyarakat luas lebih memahami tentang skizofrenia. “Agar anggapan keliru bisa dilurusakan,” ujar ayah dua putri ini.

 

oleh Angga Wijaya, Penulis dan Jurnalis di Denpasar, Bali

 

Bagikan artikel ini