March 20, 2022 By Admin2

WAHAM dalam SKIZOFRENIA

Kali ini kita akan bahas tentang waham atau delusi.
Waham yang seringkali muncul dan ditemu pada Skizofrenia adalah  Waham Kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang berlebihan. “Waham Kebesaran (Grandiose Delusion/Delusion of Grandeur/Grandiosity. Sebagian orang awam menyebutnya sebagai Megalomania)”.

Dalam sejarah psikiatri, definisi yang berdekatan dengan waham kebesaran pertama kali dideskripsikan pada tahun 1810 oleh ilmuwan Perancis, Jean Étienne Dominique Esquirol (1772–1840), sebagai “monomania,” yang dalam literatur modern didefinisikan sebagai “gangguan berwaham (paranoid) tipe kebesaran.”

Istilah dalam Bahasa Inggris “grandeur/grandiose (delusion)/grandiosity” berasal dari Bahasa Latin “grandis” yang berarti “besar.” Kata “mega-“ dalam “megalomania” berasal dari Bahasa Yunani “megas” yang juga berarti “besar.” Kata “mania” sendiri adalah istilah di masa lalu yang berarti “terganggu jiwanya.” (Noll, 2009.).

Waham ini,  biasa dialami oleh orang dengan skizofrenia paranoid atau orang dengan gangguan bipolar pada fase mania (fase di mana perasaan berada “di atas”). Orang dengan waham kebesaran biasanya percaya bahwa ia punya status atau kemampuan istimewa yang membuat ia punya keyakinan bahwa ia berada di atas semua orang, termasuk di antaranya merasa paling kaya, punya kemampuan (kesaktian dsb) yang khusus, atau punya panggilan spiritual secara istimewa. Orang tersebut mungkin juga yakin bahwa mereka adalah orang yang terkenal. Waham kebesaran tidak melumpuhkan daya pikir, serta fungsi sosial dan pekerjaan, kecuali jika orang tersebut mengalami skizofrenia yang akut.

Waham adalah keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal tidak sejalan dengan inteligensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan apapun.

Waham dalam Skizofrenia ada berbagai macam. Berikut bermacam waham dikutip dari buku Lebih Dekat dengan Skizofrenia yang ditulis oleh psikiater RSUD dr.Soetomo-FK Unair Surabaya:

  1. Waham yang kacau dan aneh (bizzare delusion): keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal (sebagai contohnya: orang dari angkasa luar telah menanamkan suatu elektroda pada otak pasien).
  2. Waham tersistematisasi: keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal (sebagai contohnya: pasien dimata-matai oleh agen rahasia, mafia atau bos).
  3. Waham yang sejalan dengan mood (mood congruent delusion): waham yang sesuai dengan mood (sebagai contoh: seorang pasien depresi percaya bahwa ia bertanggungjawab untuk penghancuran dunia).
  4. Waham yang tidak sejalan dengan mood (mood incongruent delusion): waham dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood netral (sebagai contohnya, pasien depresi mempunyai waham kontrol pikiran atau siar pikiran).
  5. Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa dirinya dan orang lain dan dunia adalah tidak ada atau berakhir.
  6. Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta miliknya.
  7. Waham somatik: keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien (sebagai contohnya, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair).
  8. Waham paranoid: termasuk waham persekutorik dan waham referensi, kontrol dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham).
  9. Waham persekutorik: keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa; sering ditemukan pada seorang pasien yang senang menuntut yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan.
  10. Waham referensi: keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada dirinya; bahwa peritiwa, benda-benda atau orang lain, mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif, diturunkan dari idea referensi, di mana seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain (sebagai contohnya, percaya bahwa orang di televisi atau di radio berbicara padanya atau membicarakan dirinya).
  11. Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang dalam dan bersalah. (sebagai contoh, seorang pemuda di Aceh karena ulahnya merasa sebagai penyebab Tsunami.)
  12. Waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar. Contoh : ”……sasasaya dokter ada yang suruh suruh masuk ke tempat hiburan sex yang tidak bisa saya tolaaaak”.
  13. Penarikan pikiran (thought withdrawal): waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatanya oleh orang lain atau tenaga lain.
  14. Penanaman pikiran (thought insertion): waham bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang atau tenaga lain.
  15. Siar pikiran (thought broadcasting): waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain, seperti pikiran mereka sedang disiarkan di udara.
  16. Pengendalian pikiran (thought control): waham bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh orang atau tenaga lain. Contoh : Seorang laki-laki mengatakan bahwa ada microchips didalam kepalanya yang berisi program kegiatan sehari-hari.
  17. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu): keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur.
  18. Erotomania: waham bahwa seseorang sangat mencintai dirinya; lebih sering pada perempuan; juga dikenal dengan Kompleks Cleramnault-Kandinsky).  Contoh : Seorang wanita tidak mau kawin-kawin karena menunggu Prince Charming datang menjemput.
  19. Pseudologia phantastica: suatu jenis kebohongan, di mana seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan; disertai dengan sindroma Munchausen, berpura-pura sakit yang berulang.

Referensi :

  1. Karimah, A and Djuari, L, Lebih dekat dengan Skizofrenia,, BKKM Fakultas Kedokteran Unair, 2015
  2. Noll, R., 2009. The encyclopedia of schizophrenia and other psychotic disorders. Infobase Publishing.
  3. Yudhantara, D.S. and Istiqomah, R., 2018. Sinopsis Skizofrenia. Universitas Brawijaya Press.
Bagikan artikel ini